Pages

Minggu

Islam dan Toleransi

Menebar kedamaian dan kasih sayang di muka bumi memang sebuah tuntutan fundamental bagi seorang yang menganut agama Islam. Laa yarhamullaahu man laa yarhamunnaas (tidak disayang Allah orang yang tidak sayang kepada manusia)

Makna Islam adalah "selamat" yang diambil dari asal kata salima, seorang muslim adalah seorang yang menyelamatkan. Tidak mencelakakan orang lain.

Menjaga Kehormatan Manusia termasuk Misi Agama

Imam al-Ghazali dalam Kitabnya, al-Mustashfa min ‘ilmi al-Ushul menuliskan tentang 5 misi dasar agama, yaitu melindungi jiwa, akal, keturunan, agama, dan hak milik. Karenanya, semua tindakan atau usaha manusia untuk memelihara kelima prinsip tersebut disebut maslahat (kebaikan) dan semua tindakan yang mafsadat (mengganggu) kelima hal tersebut dinilai sebagai mafsadat (keburukan) serta semua usaha menolak keburukan tersebut adalah tindakan maslahat yang harus diperjuangkan.
Teori ini yang kemudian dikembangkan oleh para ulama sesudahnya seperti Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah ketika menyinggung faktor-faktor bangun-hancurnya kerajaan/bangsa, Imam al-Syatibi dalam Kitab al-Muwafaqat, dan kemudian ulama-ulama kontemporer seperti Abdul Wahhab Khallaf dalam kitab Ushul Fiqh, dan sebagainya.
Sesuai dengan misinya, melindungi kemanusiaan dalam lima aspek pokok ini, agama mengatur pola hubungan sesama manusia dalam semua bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, termasuk di dalamnya pola-pola hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masa anak-anak, remaja, dewasa. dalam masa pra-nikah hingga masuk ke masa pernikahan/ membina rumah tangga.
Diaturnya hal-hal tersebut dalam menjaga dan memelihara kemuliaan (karamah) manusia itu sendiri yang sejak semula dititipkan Tuhan kepadanya. Karenanya dalam hubungan kemanusiaan tersebut harus berlangsung dengan dilandasi nilai-nilai kebenaran, kebaikan, kejujuran, kasih sayang, penghormatan, gotong-royong, kerjasama, toleransi, dan sebagainya.
Sebaliknya, tidak dibenarkan terjadi hubungan yang saling menindas, menzalimi, merugikan, melecehkan, merendahkan, dan menafikan satu sama lainnya. Pedoman inilah yang menjadi dasar dalam membangun akhlak dan muamalah antarmanusia.
Esensinya adalah Manusia adalah makhluk yang di muliakan Tuhan, kerana Allah yang menyempurnakan kejadiannya, meniupkan ke dalamnya roh ciptaanNya.
“ Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan. (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). (Al-Isra’: 70-72)

Menjadi Hamba Yang Pandai Bersyukur

Dia mengetahui apa yang terjadi di langit dan di bumi. Semuanya jelas dan terang di matanya. kurang.. dan selalu mengeluh inilah sifat kita sebagai manusia. bersukurlah atas apa yang diberikan pada hari ini, nikmat akan selalu bertambah dan berkembang di iringi zikir dan do'a siapa mengharap kenikmatan dan manfaat dunia yang halal melalui jalan yang benar, Allah akan memberinya kenikmatan dunia dan akhirat sekaligus. Karena Dialah satu-satunya yang memiliki kedua kenikmatan itu.

Ya, apa lagi yang ingin kita tutup-tutupi, suka mengelak, berdalih dalam kepalsuan. semntara dalam kamus dia tidak ada istilah "HIDDEN". Tembus pandang, dia bisa melihat semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam hari yang kelam. begitu tak sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahui, sebutir biji kecil dalam kegelapan bumi dia melihat.
(lainsyakartum laaziidannakum walain karfartum inna ‘adzaabii lasyadid)

“jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah ni’mat-Ku padamu tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”. (QS 14:7)
Percayalah bahwa hidup ini akan terasa lebih indah jika selalu bersyukur padanya.

HIKMAH - Filosofi Burung

Kais pagi makan pagi, kais petang makan petang inilah filosofi keyakinan seekor burung yang patut di jadikan hikmah pelajaran, bahwa; tidak cukup pasrah menunggu hujan emas turun dari langit menghujani sarangnya. keluar mengais bekerja dulu baru akan dapat makanan untuk mengisi perut yang kosong kelaparan. kadarnya sesuai dengan usahanya tentu selain demikian barulah kemudian berpasrah dan bertawakkal kpd sang khaliq sang maha pencipta alam semesta sang pemberi rezeki seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Allah memberikan rezeki kepada seekor burung. Ia pergi dari sarangnya di pagi hari dalam keadaan perut yang kosong dan lapar, dan sementara iapun kembali ke sarangnya di sore hari dalam keadaan perut yang penuh dan keadaan kenyang.