Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, tidak ada nabi sepeninggal beliau. Bahkan Isa as pun ketika nanti kembali turun ke muka bumi, status kenabiannya pun lepas. Beliau hanya berstatus orang biasa, tidak lagi berstatus nabi. Apalagi imam Al-Mahdi, tentunya beliau pun bukan nabi, beliau hanya seorang anak manusia biasa yang nanti akan diberikan keutamaan dan kemenangan bersama dengan umat Islam.
Justru kalau kita mengatakan bahwa Imam Mahdi itu nabi, maka otomatis kita pun menjadi kafir kepada kenabian Muhammad SAW. Sebab bunyi dua kalimat syahadat kita adalah pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa nabi Muhamad adalah utusan Allah.
Pengakuan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah tidak berhenti sampai di situ. Bukan sekedar percaya kenabian Muhammad saja, melainkan tidak menjadi siapapun selain dia sebagai nabi yang diikuti dan dijalankan syariatnya.
Nabi yang terdahulu kita akui kenabiannya, tetapi kenabiannya hanyauntuk kaumnya masing-masing, sedangkan kitatidak bernabi kepada mereka. Dansetelah wafatnya nabi Muhammad SAW, kita tidak pernah mengakui adanya kenabian lain. Termasuk Al-Mahdi yang nanti akan datang, kita tidak menjadikannya nabi. Sosok Al-Mahdi bukan sumber hukum agama, bukan pembawa syariah, juga tidak ada jaminan kemakshuman sebagaimana nabi. Bahkan dia pun juga tidak punya mukjizat sebagaimana para nabi dan rasul.
Imam Al-Mahdi hanya manusia biasa, bukan nabi apalagi rasul. Dia boleh jadi memang orang yang pandai, baik dan punya kelebihan yang Allah tidak berikan kepada kita. Boleh jadi dia memang akan memimpin dunia Islam nantinya serta akan menghabisi para angkara murka, seperti sosok Dajjal dan seterusnya. Namun biar bagaimana pun dia tetap bukan nabi.
Dan posisi kita bukan nihilis apalagi apatis dengan realitas fitnah di zaman ini. Kita tidak diperintahRasulullah SAW untuk hanya sekedarduduk diam termenung merutuki nasib, sambil menunggu-nunggu kedatangan imam Al-Mahdi. Hari ini buat kita, dengan atau tanpa Al-Mahdi di tengah kita, kita tetap wajib berjihad, berjuang dan berdakwah melawan kebatilan.
Rasulullah SAW ketika banyak bercerita tentang kedatangan pemimpin akhir zaman itu tidak berpesan kepada umat Islam untuk sekedar menunggu-nnggu saja sambil berpangku tangan. Tidak demikian.
Dan tentunya tema besar umat Islam di akhir zaman juga bukan semata-mata mengunggu kedatangan Al-Mahdi. Dia mau datang sekarang atau kapan-kapan nanti, itu urusan Allah. Dan kita tidak perlu ribut dan sibuk berdebat dengan hal yang masih ghaib itu.
Yang perlu kita lakukan sekarang ini adalah beramal, berdakwah dan mengajak orang untuk kembali kepada ajaran Islam.
Tentunya dengan diawali oleh diri kita sendiri dulu. Sebagai da'i, sudah sejauh mana ilmu dan bekal kita dalam dakwah. Apakah kita sudah belajar lebih dalam ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu fiqih dan tentunya bahasa Arab?
Sebab bagaimana kita mau membangun umat, peradaban dan syariah, kalau kita malah awam dan bodoh terhadap syariah kita sendiri? Dan bagaimana kita mungkin kita bicara hadits nabi tentang akhir zaman, kalau ilmu naqd (kritik) hadits saja tidak pernah kita pelajari? Apakah kita mau menyebarkan hadits palsu dan dhaif? Tentu tidak, bukan?
Bagaimana kita mau menerangkan isi Al-Quran kalau kita tidak mengerti ilmu tafsir? Bagaimana kita mau bicara tegaknya syariah kalau justru ilmu syariah malah tidak kita kuasai? Dan bagaimana semua ilmu itu kita kuasai tanpa kita melek bahasa Arab?
Jadi mari pelajari ilmu-ilmu keIslaman ini, lalu kita berdakwah dan mengajak umat kembali ke jalan yang benar sambil merapatkan barisan dan membangun potensi umat. Itu jauh lebih baik dari pada hanya bengong menghayal menunggu-nunggu, meramaldan menghitung-hitung datangnya Imam Mahdi.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
0 komentar:
Posting Komentar